JAKARTA — Ketersediaan air bersih di Indonesia semakin terancam dengan adanya perubahan iklim dan pertumbuhan populasi yang terus meningkat. Karena itu, penggunaan air yang bijak di tingkat rumah tangga dinilai perlu diterapkan guna menjaga ketersediaan air secara berkelanjutan. Pakar sekaligus dosen IPB University dari Departemen Arsitektur Lanskap, Prof Hadi Susilo Arifin, menjelaskan bahwa menghemat air di rumah, kita turut berkontribusi dalam pelestarian sumber daya air dan menjaga ketersediaan air bersih bagi generasi mendatang. Selain itu, juga dapat membantu mengurangi tagihan air dan energi, sehingga memberikan manfaat ganda bagi lingkungan dan keuangan keluarga.
Ia kemudian memberikan beberapa tips dalam penghematan air pada skala rumah tangga. Pertama, mulai dari aktivitas sehari-hari seperti mandi. Pada saat mandi, kata Prof Hadi, penggunaan shower jauh lebih hemat air karena semprotan air dari shower tersebut lebih efektif membasuh badan daripada menggunakan gayung.
“Dalam durasi satuan waktu yang sama, jumlah air pun lebih sedikit dengan shower daripada sekali guyur menggunakan gayung, jadi lebih efisien” kata Prof Hadi, seperti dikutip dari keterangan tertulis, dikutip Jumat (5/4/2024).
Menurut dia, shower lebih hemat air karena dapat menyemprotkan air secara merata pada tubuh tanpa membutuhkan banyak air. Hal ini akan mengurangi pemborosan air saat mandi.
Prof Hadi juga menyebutkan bahwa teknologi yang semakin canggih juga bisa dimanfaatkan untuk menghemat air. Beberapa di antaranya adalah sabun cuci tanpa bilas, keran sensorik, dan digital shower.
“Hotel-hotel di Belanda, di atas keran shower yang digunakan itu memiliki display digital yang memunculkan jumlah penggunaan air dalam liter saat shower sedang digunakan. Hal ini menjadi kontrol untuk diri sendiri. Jadi saat sedang membersihkan badan dengan sabun, atau mencuci rambut dengan shampo, sebaiknya air shower dihentikan sesaat,” kata dia.
Penggunaan air di rumah tangga, sebenarnya tidak sekali pakai dibuang. Tetapi, bisa digunakan kembali (re-use). Contoh sederhana, air bekas cucian beras (leri) sangat bermanfaat untuk menyiram tanaman hias. Air bekas cucian atau bilas pakaian, juga dapat untuk menyiram halaman berumput atau tanaman.
Prof Hadi mengatakan, kita juga bisa memanfaatkan tampungan air dari air conditioner. Dalam delapan jam, AC berkekuatan 1/2 PK yang dipasang di ruangan berukuran 3×4 meter dapat menghasilkan 20 liter air murni (H2O).
Air murni tersebut tanpa kandungan mineral di dalamnya. Air AC dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau keperluan non-konsumsi lainnya.
Selain itu, rainwater harvesting atau pemanenan atau penampungan air hujan juga dapat dilakukan untuk menghemat air. Penampungan air hujan dapat dilakukan menggunakan bejana atau tangki air.
Dengan menampung air hujan, setidaknya, rumah tangga memiliki cadangan air sesuai muatan penampungan di rumah masing-masing. Tampungan air hujan, sebagai air baku juga bisa digunakan untuk berbagai keperluan mandi, mencuci, ataupun menyiram tanaman.
Prof Hadi juga menjelaskan dari aspek tata kelola lingkungan untuk pengelolaan air yaitu dengan penerapan sistem rain garden di pekarangan rumah. Rain garden adalah taman yang menggunakan tanaman sebagai fitoremediator, di bawah taman dilengkapi berbagai lapisan material seperti gravel, pasir dan ijuk. Taman tersebut mampu menyaring dan mengalirkan air hujan ke dalam bak penampungan di bawahnya. Dengan demikian, dihasilkan air yang memiliki kualitas lebih baik dapat dimanfaatkan dan diolah sebelum masuk ke dalam saluran air.
“Tentunya pada setiap tips dibutuhkan inovasi. Wilayah-wilayah yang minim sumber air atau sering mengalami kekeringan biasanya sudah mengadopsi inovasi penghematan air. Salah satu contohnya adalah Australia,” kata Prof Hadi Susilo Arifin yang juga menjabat Ketua Prodi Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) dan Fellows CTSS IPB University.
Prof Hadi melanjutkan, selagi melakukan penghematan, kualitas air di rumah harus selalu diperhatikan. Ia menyarankan untuk memastikan air yang digunakan sesuai dengan standar kesehatan dan tidak mengandung zat berbahaya.